twitter rss
peluang usaha peluang usaha

Dirigen dan Dasar serta Teknik Dirigen

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
     Kesenian merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa yang diwariskan kepada kita. Kesenian-kesenian tersebut memiliki keaneka ragaman seperti seni rupa, seni lukis, seni tari, sampai pada seni tarik suara. Sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia selalu berusaha mengembangkan seni baik kualitas maupun kuantitasnya, sehingga ditengah masyarakat yang berwawasan luas akan muncul karya-karya seni yang bernilai tinggi.
     Salah satu kesenian yang sangat berkembang pada saat ini adalah seni tarik suara,seperti paduan suara. Paduan suara merupakan sekumpulan penyanyi yang mengungkapkan nyanyian-nyanyian secara bersama-sama dan di pandu oleh seorang dirigen. Seiring perkembangan jaman yang semakin modern,dirigen sering sekali di ikutsertakan di dalam berbagai kegiatan, seperti acara wisuda, upacara perkawinan, upacara kematian, hari-hari besar agama, ibadah-ibadah umun, festival- festival, sampai pada pesta paduan suara gerejawi.
1.2 Tujuan Dan Kegunaan 
     Tujuan dan kegunaan pembuatan makalah ini ialah untuk mengetahuai pengertian dirigen dan dasar serta teknik dirigen

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Dirigen dan perkembangannya
     Dirigen atau konduktor biasa orang itu disebut. Istilah dirigen diambil dari bahasa Jerman Dirigent yang berarti orang yang mengarahkan. Sedangkan konduktor dari bahasa Inggris yang berarti menyalurkan. Pada dasarnya fungsi kedua istilah ini tepat karena sang orang tersebut memang bertugas mengarahkan dan juga menyalurkan isi musik kepada para musisi
     Di Eropa abad pertengahan, seperti di tempat lain, posisi ini sama sekali belum muncul. Pagelaran musik pun sangat terbatas bagi keluarga kerajaan dan gereja. Kelompok paduan suara hanya eksis ekslusif di kalangan gereja. Kelompok pemusik instrumen maupun penyanyi pun anggotanya masih sangat sedikit.
     Kondisi ini menyebabkan pagelaran cukup dipimpin oleh salah seorang penyanyi maupun musisi kelompok itu untuk memberikan tanda masuk bagi paduan suara ataupun ensemble. Setelah itu semua kegiatan bermusik diserahkan kepada individu dan kekompakkan cukup disusun atas saling mendengar dan kontak mata, persis seperti band pop rock saat ini. Maka dari itu pemimpin paduan suara kala itu disebut cantor (artinya penyanyi) ataupun kepala (principal) bagian biola disebutconcertmaster (artinya pemimpin konser).
     Bersamaan dengan bertambahnya jumlah anggota pemusik, jenis alat musik, dan semakin rumitnya komposisi musik, semakin dibutuhkan pula seseorang yang tugasnya khusus memberi aba-aba bagi pemusik dan penyanyi. Muncullah pekerjaan dirigen. Fenomena ini muncul sejak akhir abad ke-17.
Abad ke-19, dirigen hanya bertugas memberi aba-aba tanda masuk dan mengetuk tempo lagu, agar semua masuk bersama-sama dan musik terdengar merdu di telinga sesuai yang ditulis oleh komposer
     Seorang komposer besar dalam profesi dirigen,seorang dirigen menjadi sangat berwibawa dengan bahasa tubuhnya dalam membawa profesinya sebagai konduktor pada paduan suara atau musik. Seorang dirigen harus mencerminkan pribadi dan mengekspresikan dirinya lewat musik yang dimainkan oleh pemusik maupun penyanyi.                                                                                                                                               
     Bukan hanya sekedar menjamin musik dimainkan sesuai dengan yang ditulis di atas kertas, tetapi dirigen juga memberikan penafsiran pribadinya atas not-not yang         tertera di atas kertas itu. Perannya bukan lagi membacakan puisi nada, tetapi juga berpuisi bersama penyair lewat setiap kata yang sudah tertulis.
     Dirigen berubah menjadi seorang interpreter not-not tertulis. Dirigen yang biasanya entah merangkap sebagai pemusik, penyanyi maupun komposer akhirnya lebih mengkhususkan diri pada kegiatan interprestasi musik.
     Dalam perannya sebagai pengaba, dirigen harus berkonsetrasi penuh pada musik yang terjadi di sekelilingnya. Fungsi utamanya pun bukan sebagai pemusik yang dapat mengeluarkan suara, apalagi mengeluarkan suara pada saat mengaba yang dapat mengganggu musik itu sendiri. Maka dari itu, kontak mata dan bahasa isyaratlah yang menjadi sarana utama dalam berkomunikasi dalam pagelaran.
     Karena gestures/bahasa tubuh inilah seringkali tugas dirigen menjadi tugas yang ‘memalukan’. Seseorang harus bergerak untuk menginspirasi orang lain dalam bermusik seringkali terasa aneh karena gerakan bukan menjadi tujuan utama dari conducting seperti penari. Tujuan utamanya malahan suara yang dihasilkan oleh pemusik yang dimotivasi oleh gerakan sang konduktor. Walaupun demikian inilah tugas sang konduktor. Dan karena alasan ini pula seorang dirigen dapat bergerak semaunya asalkan suara yang dihasilkan oleh pemusik sesuai dengan apa yang diinginkannya.
     Selain itu walaupun ada standar khusus bahasa tubuh di kalangan pengaba dan pemusik, namun kunci utama dari suatu penampilan adalah latihan bersama. Latihan ini dibutuhkan karena bagaimanapun juga bahasa isyarat memiliki keterbatasan, sehingga komunikasi verbal tetap dibutuhkan untuk mengarahkan dan menyamakan persepsi dalam bermusik                      


B.sikap badan
     Setiap gerakan badan dan sikap dari seorang dirigen harus mengabdi kepada ekspresi musik.agar musik dapat diekspresikan dalam badan maka syaratnya ialah badan harus bersikap rileks atau santai                                                                                                                                                 
a.sikap siap:
      saat sebelum lagu mulai di nyanyikan seorang dirigen bersikap siap dengan konsentrasi penuh agar semua berjalan dengan lancer
b.meresapi musik:
     setelah dirigen dan paduan suara sudah siapuntuk bernyanyi/bermusik,maka saatnya memulai paduan suara dan musiknya
C.Gerakan dirigen,birama dan tempo
     Seorang dirigen harus bisa memahami gerakan dirigen,birama dan  tempo musik atau paduan suara
     Beberapa waktu lalu, dalam sebuah latihan koor ala Ant-IV, ada seorang rekan yang bersiskusi masalah ketuk mengetuk dengan Ibu Agus (dirigen). Bersadarkan ilmu pakem musik (yang juga sudah benar dilakukan oleh Ibu Agus), berikut beberapa hal simple dan umum yang patut kita hafalkan :
Gerakan Birama 2/2 atau Two-two times: walk tempo.
Gerakan Birama 3/4 atau Three-four times: waltz tempo.
Gerakan Birama 4/4 atau Four-four times: quick tempo.
Gerakan Birama cepat (6/8 dst) atau Quick tempo: very quick tempo.(jarang digunakan)
     Mengenai Tempo / jumlah ketukan (dalam bahasa Inggris biasa disebut Beat per minute / BPM) dapat dibagi menjadi :

Jumlah Ketukan Dalam Satu Menit 40 - 60 Istilah Largo
Jumlah Ketukan Dalam Satu Menit 60 - 66 Istilah Larghetto
Jumlah Ketukan Dalam Satu Menit 67 – 76 Istilah Adagio
Jumlah Ketukan Dalam Satu Menit 77 – 108 Istilah Andante
Jumlah Ketukan Dalam Satu Menit 109 – 120 Istilah Moderato
Jumlah Ketukan Dalam Satu Menit 121 – 168 Istilah Allegro
Jumlah Ketukan Dalam Satu Menit 169 – 200 Istilah Presto
Jumlah Ketukan Dalam Satu Menit 200 - 208 Istilah Prestissimo.
               Ketukan sangat mempengaruhi kecepatan (tempo) lagu. Makin besar angka ketukan yang tertulis, berarti cara menyanyikannya harus semakin epat. Demikian berlaku sebaliknya. Untuk mempelajari jenis tersebut diatas, paling enak melihat kiri atau kanan atas sebuah teks lagu, yang dengan jelas selalu menunjukkan birama dan tempo                                                                                                                                                   
     Semua bagian yang perlu dijelaskan, diulang, dimengerti atau dikompromikan dilakukan pada saat sesi latihan. Pada saat penampilan sang dirigen tidak lagi berhak bicara dan ia harus mempercayakan bahasa tubuhnya untuk mengekspresikan musik yang ditulis dan dibayangkannya.
2.2 DASAR-DASAR TEKNIK DIRIGEN
SIKAP DIRIGEN (UMUM)
     Sikap dirigen merupakan gabungan dari sikap tangan, tubuh dan juga ekspresi wajah. Dirigen harus memaksa penyanyi memperhatikan dirinya terutama gerakan tangannya. Dapatkah anggota koor melihat tangan dirigen ? Dapatkah mereka melihat pada saat tangan ada di bawah ? Sikap tubuh harus dalam posisi siap dan waspada, tidak terlalu kendor atau tegang. Selalu dalam keadaan waspada dan siap. Sikap yang yang santai atau tidak peduli gampang menular. Ekspresi wajah memberikan petunjuk kepada penyanyi apa yang diharapkan dari mereka. Seorang dirigen menggunakan kedua matanya untuk memelihara kontak dengan setiap penyanyi, sekaligus memegang kendali.
     Dirigen pada dasarnya memberi pengarahan pada penyanyi sebelum penyanyi menyanyikannya, sehingga apa yang dilakukan koor sesuai dengan yang dikehendaki dirigen.

SIKAP TANGAN PADA POSISI SIAP
     Penyanyi/organis harus dipersiapkan sebelum mulai dengan sikap siap. Sikap tangan seperti sedang memegang bola yang garis tengahnya selebar badan. Kedua telapak tangan menghadap ke bawah dengan jari-jari yang relaks. Kedua tangan pada jarak yang sama dengan badan anda. Sikap siap ini bervariasi tergantung dari karakter lagu yang akan dibawakan.
GERAKAN AWAL
     Gerakan awal diperlukan saat mulai memberi aba-aba. Sebaiknya dipelajari setelah menguasai pola-pola dasar dan dapat melakukannya tanpa ketegangan. Gerakan awal harus dipelajari dan dipakai, jangan lagi menghitung “satu-dua-tiga” untuk memulai nyanyian.
Fungsi gerakan awal adalah :
1. Meningkatkan presisi/ketepatan waktu mulai penyanyi berbunyi.
2. Mengingatkan karakter (termasuk volume) pada awal lagu yang akan dibawakan
3. Menjelaskan tempo yang akan diambil.
     Gerakan awal didahului dengan sikap siap. Gerakan awal ini janganlah dipakai untuk memberi tahu setiap kali suatu kelompok suara harus masuk. Penyanyi harus selalu dituntut untuk menghitung semua tanda istirahat, bukan menunggu tanda dari dirigen.
Cara melakukannya :
     Pada dasarnya memberi satu ketukan sebelum ketukan masuk (untuk lagu yang dimulai pada ketukan), membuat sikap badan dan tangan yang antisipatif, serta pada saat masuk melakukan gerakan yang mantap, seperti “yak – bam”. Selalu arahkan pandangan mata ke bagian penyanyi yang akan mulai bernyanyi, jangan melihat pada teks. Tetap pandang mereka sampai proses “masuk” ini diselesaikan. Jangan berpaling karena penyanyi akan merasa kecewa / diabaikan.Gerakan awal diarahkan pada pengiring bila lagu diawali dengan intro. Disini organis harus melihat ke dirigen sehingga masuk pada saat dan tempo serta karakter yang dimaksudkan oleh dirigen.

GERAKAN BERHENTI
     Gerakan ini penting karena biasanya penyanyi atau dirigen kehilangan konsentrasinya menjelang akhir lagu. Aba-aba harus selalu diberikan sampai lagu berakhir, bahkan hingga beberapa saat setelah lagu berhenti. Kontrol dirigen terhadap penyanyi harus tetap dijaga. Cara paling sederhana adalah menghentikan gerakan tangan pada ketukan terakhir, menahannya sesuai dengan yang dikehendaki (apakah itu beberapa ketukan atau fermata), lalu beri dua gerakan pendek, satu ke atas, satu ke bawah, kembali ke tempat semula : seperti “ yak – stop”. Pada saat “stop” ini semua suara harus berhenti, penyanyi mungkin masih harus mengucapkan konsunan penutupnya.
TANGAN KIRI
     Tangan kiri berfungsi untuk menolong tangan kanan, bila tangan kanan tidak lagi bisa memberikan pengarahan yang diinginkan. Cobalah gunakan pedoman ini :
1. Pada dasarnya tangan kanan melakukan semuanya: tempo, volume, karakter, phrasing,
dan gerakan awal serta akhir.
2.Tangan kiri membantu yang hal-hal tidak dapat dilakukan sendiri oleh tangan kanan
seperti membari gerakan awal, aksen, volume, tanda untuk menahan nada pada kelompok
suara tertentu. Juga hal-hal lain seperti membalik teks, memberi karakter dengan
mengepalkan tangan atau membuat gerakan yang gemulai.
3. Membantu menekankan apa yang sudah dilakukan oleh tangan kanan.
4. Tangan kiri sebaiknya jangan melakukan pola ketukan tangan kanan terlalu banyak, hanya
pada saat awal atau bila tempo terasa terlalu berat atau cepat.
DINAMIKA, AKSEN, PHRASING, TEMPO, KARAKTER
     Setelah gerakan dasar dikuasai, gerakan-gerakan yang lebih sulit perlu dipelajari untuk memberi aba-aba pada elemen musik yang lain.
DINAMIKA
     Piano dan forte dapat ditunjukkan oleh ukuran gerakan tangan. Buatlah gerakan sekecil mungkin untuk pianissimo yang masih dapat dilihat oleh penyanyi dan kemudian buatlah gerakan lebar untuk fortissimo. Ingat-ingatlah ukuran gerakan untuk kedua ekstrim ini dan jangan melewatinya. Bila terjadi perubahan dinamika buatlah gerakan yang menunjukkan dinamika yang dikehendaki sebelum waktunya. Pakailah tangan kiri untuk mengatur cepat-lambatnya suatucrescendo/diminuendo.
AKSEN
     Berilah pantulan yang tinggi pada satu ketukan sebelumnya, dan kemudian jangan memantul terlalu tinggi pada ketukan beraksen. Gunakan tangan kiri untuk membantu.
PHRASING
     Phrasing adalah pengkalimatan dalam lagu. Biasanya suatu lagu terdiri atas kalimat panjang dan kecil yang dipisahkan dengan tanda ( ‘ ) meskipun lebih sering dirigen harus menganalisa sendiri. Biasanya di tempat ini penyanyi mengambil nafas, Untuk memberi aba-aba pada phrasing, gerakan tangan dihentikan pada akhir suatu frase dan bergerak lagi untuk memulai frase yang baru.
TEMPO
     Perlu diperhatikan bahwa tempo cepat tidak efektif bila dilakukan dengan gerakan yang besar (meskipun forte) dan tempo lambat tidak terlihat bila dilakukan dengan gerakan yang kecil. Gunakan pedoman berikut :
1. Untuk mempercepat atau menegaskan tempo bila penyanyi/organis melambatkan tempo
lagu, gunakan gerakan kecil yang jelas.
2. Untuk memperlambat tempo atau menjaga tempo agar tidak lari, gunakan gerakan yang
besar dan lebar.

KARAKTER
     Sampai disini aba-aba yang diberikan itu untuk karakter lagu yang legato. Untuk gaya yang lain diperlukan tangan yang berbeda.
Marcato. Gunakan gerakan yang lebih energik, pukulan yang lebih keras dengan sudut-
sudut balik yang lebih tajam.
Staccato. Pukulan cepat berbalik memantul dengan sudut yang tajam tanpa mengentikan gerakan. Gerakan lebih berupa garis, bukan lagi lengkungan.
Maestoso. Agung dan megah. Buat gerakan ke bawah yang berat dan sedikit lebih lambat.
Lambat, mengalir. Ini yang paling sulit. Gerakan harus tenang tanpa hentakan, tetapi ketukan tetap jelas. Diperlukan control otot dan syaraf. Semua gerakan harus lambat dan terus mengalir, namun gerakan memantul tetap ada dan jelas.
BEBERAPA TIPS
     Selain teknik aba-aba, ada beberapa hal di luar teknis yang bisa membantu mempelajari suatu lagu baru, baik secara individu maupun dalam latihan.
CERMIN.
Seorang pemusik memerlukan latihan individual, tidak terkecuali seorang dirigen. Seorang pemain instrument atau penyanyi dapat mengecek bunyi yang dihasilkan dengan telinganya. Seorang dirigen yang berlatih sendiri mengecek penampilannya di depan cermin, karena tidak ada suara yang dikeluarkan. Cek apakah aba-aba yang diberikan jelas.
LATIHAN DENGAN TEMPO LAMBAT.
     Seperti juga pemusik untuk menguasai bagian yang sulit dirigen perlu juga melatih dalam tempo lambat terlebih dahulu untuk menguasai detil musiknya.


BERI SEMUA KETUKAN.
     Meskipun penyanyi tidak menyanyi, bila musik masih berlangsung, apakah itu instrument atau istirahat, tetaplah memberi semua ketukan sehingga penyanyi tahu dimana anda berada.
WAJAH.
     Ekspresi wajah penting dalam kepemimpinan dan juga interpretasi musik. Jangan memimpin dengan muka seperti mayat, tanpa ekspresi. Hindari juga wajah yang terlalu tegang karena akan mempengaruhi ketegangan otot produksi suara dari penyanyi.
MENYANYI.
     Jangan ikut menyanyi bila memimpin karena suara koor tidak akan terdengar karena tertutup suara sendiri. Meski demikian mulut boleh ikut mengucapkan teks (tanpa berbunyi) untuk membantu penyanyi masuk atau menjaga tempo. Hendaknya ini dibatas pada awal kalimat saja.
MENCATAT PADA TEKS.
     Jangan menganggap ini kegiatan yang amatiran. Semua dirigen besar melakukannya. Beri tanda-tanda yang komunikatif pada tempat yang penting atau sering terjadi kesalahan, sehingga waktu memimpin lagu tersebut dapat memberikan aba-aba sesaat sebelum waktunya tiba.
MELIHAT KE PENYANYI
     Selalu jaga kontak dengan penyanyi dengan menatap mereka terutama pada tempat-tempat yang sulit. Jangan korbankan kontak ini untuk melihat teks karena takut kehilangan. Penyanyi akan merasa ditinggalkan bila pada saat yang sulit dirigen menundukkan kepala dan melihat ke teks di bawahnya.
MELATIH PADUAN SUARA
     Hidup sebuah paduan suara terletak pada latihan-latihannya. Pada saat itulah semuanya terjadi: penguasaan suatu lagu, pengertian antar personal, peningkatan teknik (vocal, aba-aba, main organ). Sebuah paduan suara tidak akan maju atau bertahan keberadaannya tanpa adanya latihan. Latihan rutin adalah latihan yang paling bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu paduan suara. Untuk itu setiap latihan perlu beberapa persiapan.
PERSIAPAN DIRIGEN
__________________________________________________________________
1. Lagu dan penguasaan lagu :
• not
• kata-kata
• phrasing
• tempo yang cocok
• kerangka harmoni
2. Menyediakan teks (lebih baik berikan tugas ini pada orang lain)
3. Menyiapkan tempat
4. Menyiapkan organis : nada dasar
5. Merencanakan agenda latihan (pemanasan, beberapa menit sebelum latihan dsb.)
PERSIAPAN ORGANIS
1. membuat dan melatih lagu-lagu sesuai dengan kunci yang disepakati
2. membuat intro
3. lagu-lagu yang dinyanyikan empat suara harus dicari/dibuat iringan yang sesuai
     Kedua hal diatas, sebaiknya dilakukan di luar jam latihan, sehingga waktu latihan yang sangat terbatas bisa dimanfaatkan, apalagi di kota besar dimana waktu sangat berharga. Jangan sia-siakan orang banyak yang sudah berkumpul sementara anda sendiri melakukan tugas anda sendiri yang belum selesai.
     Sebelum mulai latihan dirigen harus mempersiapkan koornya dahulu dengan latihan pemanasan (Vocalisi). Yang menjadi tujuan pemanasan adalah menyiapkan organ-organ produksi suara untuk menghasilkan suara yang diinginkan, selain itu juga membangun konsentrasi yang akan dipakai nanti dalam mempelajari lagu.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dirigen adalah sebuah tugas yang di daulat untuk menjembatani komunikasi baik antar pemusik maupun dengan sang komposer sendiri dan tentunya kepada para penonton. Maka dari itu adalah tanggungjawab bagi dirigen untuk mempelajari musik yang akan dipimpinnya sehingga ia memperoleh gambaran besar dari musik yang ingin dipersembahkan. Dengan pengetahuan dan interpretasi itulah ia dapat membagikan perasaan maupun menjembatani komunikasi pemusik baik secara verbal maupun melalui gestures.








Posting Komentar